Senin, 21 Desember 2009

keberkahan ilmu

Banyak dari kita yang resah ketika mendapat nilai yang rendah. Meskipun keresahan itu adalah hal yang wajar, tetapi sejatinya masih ada yang perlu lebih kita risaukan lagi, yaitu keberkahan ilmu. Banyak orang yang sudah tidak lagi memperhatikan keberkahan dalam memperoleh ilmu. Dunia modern telah “memaksa” kebanyakan orang untuk bertindak praktis. Yang penting lulus dengan nilai yang baik dalam waktu yang singkat, bagaimanapun caranya.

Saya cukup salut dengan beberapa orang teman yang berusaha untuk menjaga keberkahan ilmu dalam kuliahnya. Meski tak jarang nilai ujiannya harus berada pada posisi yang mengkhawatirkan, namun tak membuatnya tergoda untuk bertindak praktis.

Sebagai seorang muslim tentu penting bagi kita untuk menjaga keberkahan tersebut. Kalaupun harus mendapat nilai C atau D, ya terima saja. Bukankah memang itu level keilmuan kita? Tak guna menipu diri sendiri. Lebih baik kita berdo’a saja agar ilmu yang kita yang sedikit itu menjadi ilmu yang barokah. Bisa jadi sedikit ilmu yang kita miliki itu justru di kemudian hari menjadi ilmu yang paling vital dalam membuka pintu rizqi kita. Toh, di akhirat nanti juga kita tidak akan ditanya berapa nilai IPK kita.

Tak perlu juga kita (secara berlebihan) merasa iri atau rendah diri ketika ada orang lain yang lebih pintar dari kita. Merasa tersaingi ketika ada yang mendapat nilai yang lebih baik. Bukankah pintarnya orang lain juga akan menjadi berkah bagi diri kita? Tidakkah kita senang ketika lulusan sekolah kita menghasilkan orang-orang yang pintar, kemudian mengisi jabatan-jabatan strategis di negeri ini sehingga mampu membuat bangsa kita lebih maju? Tentu manfaat kecerdasannya juga akan kembali pada kita.

Tak perlu kita berprasangka buruk terhadap orang-orang yang nilainya lebih baik dari diri kita. “Nilai ujian dia kan bagus karena hasil nyontek” atau “Ah, aku juga bisa dapet nilai bagus kalo kerjasama kayak dia.” Tak ada gunanya kita terus menggerutu atau merasa tidak diperlakukan dengan adil. Toh, dunia ini tidak hanya berisi orang-orang jujur yang memungkinkan kita untuk selalu berkompetisi dengan adil. Mungkin itu adalah jalan dari Allah untuk melatih diri kita agar terbiasa berkompetisi dalam realita hidup yang sebenarnya.

Namun demikian, bukan berarti kita boleh begitu saja berpuas diri dengan nilai yang rendah. Keberkahan ilmu tak hanya dilihat dari cara memperolehnya namun juga dari kesungguhan kita. Sudahkah kita benar-benar mengoptimalkan kemampuan diri untuk mempelajari ilmu tersebut? Seberapa besar pengorbanan kita untuk menguasainya? Atau jangan-jangan malah kita yang selama ini lalai dan bermalas-malasan dalam menuntut ilmu. Ingatlah, pahala menuntut ilmu takkan disebut menyamai jihad, jika tanpa disertai kesungguhan dalam memperolehnya.

2 komentar:

  1. salam kenal yah... and kunjung balik donk ke blog aq www.anakpk.blogspot.com semoga bisa saling tuker informasi yah

    salam

    anakpk

    BalasHapus
  2. salam kenal yah... and kunjung balik donk ke blog aq www.anakpk.blogspot.com semoga bisa saling tuker informasi yah

    salam

    anakpk

    BalasHapus

Terima kasih telah mengunjungi blog yang sederhana ini. kritik dan saran sangat berarti buat saya untuk meningkatkan pelatihan pembelajaran dalan hal artikel.