Jumat, 03 Oktober 2014

Tanya Jawab kewajiban istri

"Tanya Jawab"
Assalamu'alaikum
Ustadzah, apakah benar dalam Islam tidak ada kewajiban mencuci baju suami dan memasakannya makanan? Bagaimana dengan pandangan konservatif soal kewajiban istri ini? Terima kasih.
Wassalamu'alaikum


INDRIANI, JAKARTA

Wa'alaikumussalam
Pertanyaan ini sangat menarik, karena tradisi yang berkembang di masyarakat kita di antara kewajiban seorang istri adalah mengurus rumah tangga dengan pekerjaan mencuci, memasak, dan lainnya. Sementara tradisi yang berkembang di Timur Tengah, yang biasa belanja ke pasar adalah para suami, dan pekerjaan rumah tangga menjadi tanggung jawab suami dengan menggaji pekerja rumah tangga.
Lalu benarkah dalam Islam tidak ada kewajiban melakukan itu semua bagi seorang istri? Para ulama berbeda pandangan dalam hal ini sebab tidak ada dalil secara eksplisit yang menyebutkan kewajiban memasak dan mencuci dibebankan kepada istri atau menjadi tanggung jawab suami.
Apakah istri wajib melakukan pekerjaan rumah? Abdul Majid Mahmud Mathlub dalam kitabnya Al-Wajiz Fi Ahkamil Usroh al-Islamiyah dan Sayyid Sabiq dalamFiqih Sunnah menjelaskan bahwa sebagian fuqahaberpandangan seorang suami tidak boleh menuntut istrinya secara hukum untuk melakukan pekerjaan rumah. Karena akad nikah yang terlaksana antara mereka berdua hanya bermaksud menghalalkan bergaul antara suami istri untuk menjaga kehormatan diri dan menghasilkan keturunan.
Pekerjaan rumah seperti mencuci dan memasak termasuk dalam ruang lingkup kewajiban yang harus disediakan suami dalam kehidupan rumah tangga. Pandangan ini diwakili oleh mazhab Hanafi, Syafi’i, Maliki, dan az-Zhahiriyah. Adapun riwayat-riwayat yang menyebutkan bahwa istri harus melayani suaminya hanya menunjukkan sifat kerelaan dan keluhuran budi.
Seperti kisah Asma’ binti Abu Bakar yang dinikahi oleh az-Zubair yang miskin tidak memiliki harta dan budak, sehingga Asma' turut mengambil air, memberi makan kuda, membuat roti, bahkan membawa biji-biji kurma di atas kepalanya dari kebun Zubair yang diberi Rasulullah saw.
Imam Nawawi mengomentari kisah ini dalam Syarh an-Nawawi. “Semua ini termasuk kepatutan (apa yang telah dilakukan Asma’ binti Abu Bakar tersebut), bahwa wanita melayani suaminya dengan hal-hal yang telah disebutkan itu (seperti memasak, mencuci pakaian, dan lainnya), semua itu merupakan sumbangan dan kebaikan wanita kepada suaminya, pergaulan yang baik, perbuatan yang makruf, yang tidak wajib sama sekali atasnya, bahkan seandainya ia tidak mau melaksanakannya maka ia tidak berdosa.”
Dalam haditsnya, Rasulullah menjelaskan tentang tanggung jawab kepemimpinan. “Setiap kamu adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Imam itu pemimpin dalam keluarganya, bertanggung jawab tentang kepemimpinannya. Laki-laki itu pemimpin, bertanggung jawab tentang kepemimpinannya. Wanita itu pemimpin dalam rumah tangganya dan bertanggung jawab tentang kepemimpinannya. Khadam itu pemimpin bagi harta majikannya, bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya,” (HR Bukhari).
Abdul Halim Abu Syuqqoh dalam Tahrirul Mar’ahmengomentari kalimat “Wanita itu pemimpin dalam rumah tangganya dan bertanggung jawab tentang kepemimpinannya”. Menurutnya, bukan berarti wanita harus melaksanakan sendiri semua tugas rumah tangganya, mulai dari menyiapkan makanan, mencuci, menyetrika hingga membersihkan rumah. Tapi yang dimaksud adalah, semua itu merupakan tanggung jawab (pengawasannya), namun bisa dilaksanakan orang lain seperti pekerja rumah tangga (pembantu), anak-anak, kerabat atau dibantu suaminya sendiri. Maka semua itu bergantung pada kemampuan nafkah dan finansial suami, juga kesempatan dan kemampuan istri untuk melaksanakannya dengan tidak mengabaikan tugas utama yang lainnya, yaitu merawat anak-anak dan mendidiknya dengan baik.
Sementara fuqaha yang lain berpendapat, melayani suami dan melakukan pekerjaan rumah merupakan kewajiban istri. Dalam hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Thabrani, Rasulullah saw bersabda, “Jika seorang perempuan telah mengerjakan shalat fardhu lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya dan taat kepada suaminya, maka akan dikatakan kepadanya: masuklah ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai.”
Maka seorang istri, ketika diperintahkan suaminya untuk mencuci dan memasak, ia harus menaatinya. Karena melayani suami dengan memasakkan makanan dan mencuci pakaiannya merupakan bagian dari ketaatan pada suami. Nabi saw dan para sahabat Nabi menyuruh istri-istrinya membuatkan roti, memasak, membersihkan tempat tidur, menghidangkan makanan, dan sebagainya. Tidak seorang pun dari mereka yang menolak pekerjaan tersebut.
Terlepas dari dua pandangan yang berbeda tersebut, pada prinsipnya, hubungan suami istri dalam Islam dibangun atas dasar cinta dan kasih sayang, saling percaya, saling tolong menolong dalam suka dan duka. Seluruh urusan dalam rumah tangga berlandaskan saling ridha dan musyawarah. Masing-masing pihak ikhlas menerima kelebihan dan kekurangan pasangannya. Mereka harus saling menasihati, saling membantu untuk menunaikan tanggung jawab kehidupan suami istri serta pemeliharaan anak-anak dan pendidikan mereka dalam setiap situasi dan kondisi. Rumah tangga tidak akan harmonis jika hubungan yang dibangun atas penuntutan hak, bersifat hitam putih, kaku dan saklek.
Semoga Allah memberkahi istri-istri yang menghabiskan hari-harinya untuk mendidik anak dan memelihara rumah tangganya dengan mengharapkan ridha Allah semata. Dan semoga Allah memberkahi suami-suami yang menghabiskan masa hidupnya dalam berusaha memenuhi kebutuhan keluarga, anak-anaknya, dan tulus membantu istrinya dalam mengerjakan tugas-tugas rumahnya. Semoga Allah meridhai rumah tangga yang dibangun atas azas wata’awanu ‘alal birri wat taqwa,saling menolong dalam perbuatan kebaikan dan ketakwaan. Wallahu a’lam.

Just Share_@ http://www.ummi-online.com/berita-746-cuci-baju-dan-masak-kewajiban-istri.html

Rabu, 25 Juni 2014

ANAK SHOLEH DAN SHOLEHAH

Bismillahirrahmanirrahim.....
Assalamu'alaikum wr wb

ketemu lagi sama ane ni enya, babe, tetangge, dan kerabat kite-kite yang barang kali lagi nongkrongi berita debat pemilu, kampanye hitam, kuning, merah dll..
APa kabar nye?.. baik pan?.. Alhamdulillah..


walaupun di tivi dan media lagi rame-rame nye bahas pemilu  nih ari ane bukan bahas pemilu ye, tapi niatanya mau silaturrahim ame pembaca semua dan mau berbagi masalah anak #walaupun belum punya anak, hehe..
ya, memang saya belum mempunyai anak seperti teman-teman tau. tapi aktivitas harian saya tidak lepas dari yang namanya interaksi dengan anak-anak (gak bahasa betawi lagi jeng?..#gak udah cukup di kata pembuka, yang diatas itu juga nulisnya betawi-betawi'an, KW, hehe.., #kembali kepembahasan).

seperti yang saya katakan tadi, aktivitas saya tak lepas dari dunia anak-anak. because, saya membantu mengajar TKA/TPA, awalnya hanya membantu saja, tapi sekarang sudah menjadi pengajar tetap dan pengurus serta menjadi guru privat temu dengan anak SD dan SMP dalam menghadapi UN.
saya juga mempunayi adik yang berusia 6 tahun. masa-masa mereka adalah masa keemasan, dimana karakter mulai terbentuk dan daya serap yang tinggi dalam mencontoh. walaupun hampir setiap hari berinteraksi namun ada aja yang khilaf, entah itu terlalu memanjakan mereka, terlalu memberikan toleransi yang berlebihan atau terlalu-terlalu berlebihan yang lainnya...
sampai sekarang saya masih belajar dan terus belajar memahami karakter mereka. kalau melihat senyuman dan tawa mereka rasanya plong banget ati , ikut tenggelam dalam canda tawa mereka, tapi kalau sudah ngambek, obatnya perlu beberapa dosis yang berbeda, atau mereka lagi gak mau nurut, maunya main aja dsb.
           saya sadar mereka adalah generasi emas, generasi risalah.. perlu metode yang baik dan benar dalam mendidik mereka. yuk, yang mau belajar kita simak beberapa penggalan isi blog berkaitan dengan pembahasan kita kali ini.. monggo..


Salah satu amal yang tidak pernah terputus pahalanya sekalipun kita telah meninggalkan dunia ini adalah “anak yang sholeh/sholehah”. Doa anak yang sholeh juga merupakan salah satu doa yang insya Allah dikabulkan oleh-Nya. Bagaimana cara untuk mendidik anak kita menjadi anak yang sholeh? Didiklah ia dengan cara yang islami, seperti beberapa tips berikut ini:
  1. Biasakan anak kita bangun pada waktu shubuh. Contoh: sejak usia dini, ajaklah ia sholat shubuh bersama atau berjamaah di mesjid.
  2. Berikan ia lingkungan pergaulan dan pendidikan yang islami. Contoh: sejak dini ikutkan anak kita dalam TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an), mengikuti kursus di mesjid, dsb.
  3. Berikan teladan, bukan hanya perintah yang egois. Contoh: jangan hanya menyuruh ia belajar mengaji atau sholat, namun kita sendiri tidak melakukannya.
  4. Ajak anak kita untuk mengunjungi mesijd secara rutin. Contoh: secara rutin, ajaklah anak kita untuk berjamaah di mesjid.
  5. Perkenalkan batasan aurat sejak dini. Contoh: jika sejak dini kita biasakan anak perempuan kita menggunakan jilbab, maka saat dewasa ia justru akan merasa tidak nyaman jika memperlihatkan auratnya.
  6. Biasakan anak kita untuk selalu membawa perlengkapan sholat, terutama untuk anak perempuan.
  7. Minimalkan anak kita dalam mendengar musik-musik non islami. Sebaliknya, maksimalkan anak kita untuk mendengar ayat-ayat Al-Qur’an atau nasyid.
  8. Buatlah jadwal menonton TV dan dampingi anak ketika menonton. Jauhkan anak dari tontonan yang tidak mengandung unsur pendidikan, seperti: sinetron, film horor, film cengeng, kartun tidak mendidik dan lain-lain.
  9. Ajarkan nilai-nilai Islam secara langsung. Sampaikan nilai-nilai Islam yang kita kuasai kepada anak kita. Akan lebih baik jika dalam bentuk cerita yang menarik.
  10. Jadilah sahabat setia baginya. Jadikan ia nyaman untuk menjadikan kita tempat curhat yang utama sehingga kita akan selalu mengetahui masalahnya.
  11. Ciptakan suasana hangat dan harmonis dalam keluarga. Jika keluarga tidak lagi terasa hangat baginya, anak akan mencari pelampiasan di tempat lain.
  12. Lakukan semua tips di atas dengan bijak, sabar dan konsisten. Jangan pernah menggunakan kekerasan dan hindari sikap emosional yang dapat membuatnya sakit hati sumber http://cara-muhammad.com/tips/tips-mendidik-anak/                                                                                                                                                                                                                  Berikut ini sepuluh bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya.

  1. [1]. Menumbuhkan Rasa Takut Dan Minder Pada Anak
    Kadang, ketika anak menangis, kita menakut-nakuti mereka agar berhenti menangis. Kita takuti mereka dengan gambaran hantu, jin, suara angin dan lain-lain. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut : Takut pada bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yang sebenarnya tidak perlu ditakuti. Misalnya takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur sendiri karena seringnya mendengar cerita-cerita tentang hantu, jin dan lain-lain.

    Dan yang paling parah tanpa disadari, kita telah menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri. Atau misalnya, kita khawatir ketika mereka jatuh dan ada darah di wajahnya, tangan atau lututnya. Padahal semestinya, kita bersikap tenang dan menampakkan senyuman menghadapi ketakutan anak tersebut. Bukannya justru menakut-nakutinya, teguran fisik, atau memarahinya serta membesar-besarkan masalah. Akibatnya, anak-anak semakin keras tangisnya, dan akan terbiasa menjadi takut apabila melihat darah atau merasa sakit.

    [2]. Mendidiknya Menjadi Sombong, Panjang Lidah, Congkak Terhadap Orang Lain. Dan Itu Dianggap Sebagai Sikap Pemberani.
    Kesalahan ini merupakan kebalikan point pertama. Yang benar ialah bersikap tengah-tengah, tidak berlebihan dan tidak dikurang-kurangi. Berani tidak harus dengan bersikap sombong atau congkak kepada orang lain. Tetapi, sikap berani yang selaras tempatnya dan rasa takut apabila memang sesuatu itu harus ditakuti. Misalnya : takut berbohong, karena ia tahu, jika Allah tidak suka kepada anak yang suka berbohong, atau rasa takut kepada binatang buas yang membahayakan. Kita didik anak kita untuk berani dan tidak takut dalam mengamalkan kebenaran.

    [3]. Membiasakan Anak-Anak Hidup Berfoya-foya, Bermewah-mewah Dan Sombong.
    Dengan kebiasaan ini, sang anak bisa tumbuh menjadi anak yang suka kemewahan, suka bersenang-senang. Hanya mementingkan dirinya sendiri, tidak peduli terhadap keadaan orang lain. Mendidik anak seperti ini dapat merusak fitrah, membunuh sikap istiqomah dalam bersikap zuhud di dunia, membinasakah muru’ah (harga diri) dan kebenaran.

    [4]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak
    Sebagian orang tua ada yang selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, tanpa memikirkan baik dan buruknya bagi anak. Padahal, tidak setiap yang diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai dengan usia dan kebutuhannya. Misalnya si anak minta tas baru yang sedang trend, padahal baru sebulan yang lalu orang tua membelikannya tas baru. Hal ini hanya akan menghambur-hamburkan uang. Kalau anak terbiasa terpenuhi segala permintaanya, maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak peduli pada nilai uang dan beratnya mencari nafkah. Serta mereka akan menjadi orang yang tidak bisa membelanjakan uangnya dengan baik.

    [5]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak, Ketika Menangis, Terutama Anak Yang Masih Kecil.
    Sering terjadi, anak kita yang masih kecil minta sesuatu. Jika kita menolaknya karena suatu alasan, ia akan memaksa atau mengeluarkan senjatanya, yaitu menangis. Akhirnya, orang tua akan segera memenuhi permintaannya karena kasihan atau agar anak segera berhenti menangis. Hal ini dapat menyebabkan sang anak menjadi lemah, cengeng dan tidak punya jati diri.

    [6]. Terlalu Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Mereka, Melebihi Batas Kewajaran.
    Misalnya dengan memukul mereka hingga memar, memarahinya dengan bentakan dan cacian, ataupun dengan cara-cara keras lainnya. Ini kadang terjadi ketika sang anak sengaja berbuat salah. Padahal ia (mungkin) baru sekali melakukannya.

    [7]. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran
    Ada juga orang tua yang terlalu pelit kepada anak-anaknya, hingga anak-anaknya merasa kurang terpenuhi kebutuhannya. Pada akhirnya mendorong anak-anak itu untuk mencari uang sendiri dengan bebagai cara. Misalnya : dengan mencuri, meminta-minta pada orang lain, atau dengan cara lain. Yang lebih parah lagi, ada orang tua yang tega menitipkan anaknya ke panti asuhan untuk mengurangi beban dirinya. Bahkan, ada pula yang tega menjual anaknya, karena merasa tidak mampu membiayai hidup. Naa’udzubillah mindzalik ...                                                                                                               sumber https://www.facebook.com/notes/yusuf-mansur-network/1o-kesalahan-mendidik-anak/317819510209

( tips ini walaupun khususnya buat yang sudah berkeluarga tapi bisa juga kita terapkan kepada adik atau anak didik kita)

Berikut ini sebuah kisah yang memiliki pelajaran;
Ibnu Al-Jauzi berkata,
"Ada seorang raja yang memiliki banyak harta. Dia memiliki anak tunggal wanita, tidak ada lagi anak selainnya, karenanya dia sangat mencintainya dan sangat memanjakannya dengan berbagai mainan. Hal tersebut berlangsung sekian lama. Suatu saat ada seorang ahli ibadah yang bermalam di rumah sang raja. Maka di malam hari dia membaca Al-Quran dengan suara keras, dia membaca, "Wahai orang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari neraka, bahan bakarnya dari manusia dan batu." Sang puteri mendengar bacaannya, lalu dia berkata kepada para pembantunya, 'Hentikan dia.' Tapi para pembantunya tidak menghentikannya sehingga orang tersebut terus mengulang-ulang bacanya. Maka dia masukkan tangannya ke bajunya dan merobeknya. Lalu para pembantunya melaporkan kejadian tersebut kepada sang bapak. Maka sang bapak menemuinya seraya berkata dan memeluknya, "Apa yang engkau alami malam ini anakku sayang." Sang anak berkata, "Aku bertanya kepadamu demi Allah wahai ayah, apakah Allah Azza wa Jalla memiliki neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu?" Dia berkata, "Ya," Maka sang anak berkata, "Apa yang menghalangimu untuk memberitahu aku hal ini. Demi Allah, aku tidak akan memakan makanan lezat dan tidur di tempat yang empuk sebelum aku mengetahui dimana tempatku, di surga atau neraka."
(Shofwatu Ash-Shafwah, 4/437-438)


Selayaknya anda menjauhkan mereka dari tempat-tempat keburukan dan kelalaian. Jangan biarkan mereka dididik dengan cara yang buruk, baik melalui televisi atau selainnya dan kemudian anda mengharapkan kesalehannya. Orang yang menanam duri tidak akan memanen anggur. Hendaknya pendidikan tersebut telah ditanam sejak kecil agar mudah baginya ketika dia sudah besar untuk memerintah dan melarangnya, dan mudah baginya untuk mentaati anda.

Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu anhuma, dia berkata, Rasulullah shallallah alaihi wa sallam bersabda, "Perintahkan anak kalian untuk melakukan shalat saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka apabila berusia sepuluh tahun, lalu pisahkan ranjang di antara mereka." (HR. Abu Daud, no. 495, dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih Al-Jami, no. 5868)

Akan tetapi hendaknya bagi pendidik untuk bersikap lembut dan santun, memudahkan dan akrab, tidak berkata kasar, berlaku keras dan mendiskusikan dengan cara yang baik. Hindari celaan dan caci maki hingga pukulan. Kecuali jika sang anak durhaka dan menganggap remeh perintah bapaknya, meninggalkan perkara yang diwajibkan dan melakukan perkara yang diharamkan. Ketika itu diutamakan bersikap namun tidak sampai menimbulkan bahaya.

Al-Manawi berkata,
"Seseorang yang mendidik anaknya ketika dia berusia balig dan telah berakal dengan pendidikan yang dapat mengantarkannya pada akhlak orang-orang saleh dan melindunginya agar tidak bergaul dengan orang-orang rusak, kemudian mengajarkannya Al-Quran, adab, bahasa Arab, kemudian dia memperdengarkan sang anak kisah-kisah dan ucapan para salaf, lalu mengajarkannya ajaran agama yang tidak boleh ditinggalkan, kemudian dia mengancam memukulnya apabila sang anak tidak shalat, semua itu lebih baik baginya daripada dia bersadaqah satu sha'. Karena jika dia mendidiknya, maka perbuatannya termasuk shadaqah jariyah, sementara sadaqah satu sha', pahalanya akan terputus. Sementara yang pertama tetap terus mengalir selama sang anak masih ada. Dan adab adalah makanan jiwa dan pendidikannya untuk akhirat kelak ‘Jagalah diri kamu semua dan keluargamu dari api neraka.’ SQ. At-Tahrim: 6.
Penjagaan anda dan anak anda diantaranya dengan menashati dan mengingatkan api neraka. Meluruskan adabnya dengan berbagai macam pendidikan. Diantara adanya adalah memberi nasehat, hukuman, ancaman, pukulan, menyendirikan, memberikan pemberian, hadian dan kebaikan. Sehingga pendidikan jiwa agar menjadi (jiwa) yang bersih dan mulia bukan mendidik jiwa yang tidak disuka lagi tercela. ‘Faidul Qadir, 5/257.’




semoga kita bisa mengamalkannya, baik itu sebagai ibu, kakak, dan pendidik..
bisa jadi apa yang kita sampaikan asalnya dari keegoisan kita, pintalah pertolongan Allah untuk memudahkan lisan kita, perangai kita agar kita terhindar dari emosional yang bukan berasal dari keimanan dan pintalah agar anak-anak kita bisa memahami dan mengazzamkan dirinya dan mengenal Allah dan tertanam Ma'rifatullah dalam kehidupannya sehari-hari....

Aamiin... Aamiin... Ya Rabbal A'lamin...
see u next time..
wassalamualaikum wr wb :)


Jumat, 13 Juni 2014

BUKU REKOMENDASI PERSIAPAN

assalamu'alaikum wr wb
bagaiman kabarnya?, khair? : ) 
semoga Allah senantiasa memberikan taufik dan hidayahnya kepada kita...
pagi yang indah..
hari ini bertepatan pada yaumul bidh bulan sya'ban..

My Story


beberapa tahun yang lalu, disebuah kegiatan keagamaan kampus. kami bekerjasama dengan toko buku Riyad untuk menjualkan beberapa buku pilihan yang cocok buat anak kampus. ada satu buku yang menarik menurut saya. saya ambil, saya baca cover belakangnya. tiba-tiba ada sahabat saya yang meceletuk "cie.. cie.. " sambil menyenggol bahu saya. saya salting dengan pipi tomat "gak, saya mau lihat aja". "kan ane bilang cie aja, wah sudah siap-sia ni ye..". "gak ko" . " masa sih.. uhuk-uhuk", yang ini batuk beneran, ketelen permen..., kasihan. seseorang yang dari tadi asik menutupi wajahnya dengan buku, meletakkan buku nya, memperbaiki letak kacamatanya dan menatap tajam kami berdua# diiringi nada menegangkan. "hehe.. maaf ka, kami berisik ya", sambil menyenggol bahu sahabat saya yang terengeh karena permennya sudah tak bisa diselamatkan. matanya melembut, senyumnya mengembang. "gak, bukan begitu kakak gak merasa terganggu dengan keramaian kalian, kakak cuma ingin menjelaskan suatu hal. yang namanya kita seorang wanita yang nantinya akan menikah sewajarnya lah sudah mempersiapkan bekal-bekal pengetahuan, karena tidaklah mudah menjadi Istri sekaligus menjadi Ibu. sebagai seorang muslimah, sewajarnya kita harus mendukung penuh kawan kita yang membaca perihal persiapan-persiapan seperti itu, bukan malah di ledek. bagi yang membacanya pun harus tidak minder, untuk apa malu.. ". sini kakak lihat bukunya" Ci-ri-ci-ri le-la-ki so-le-hah", sambil melafalkan judulnya. "soleh kakak, soleh. bukan solehah", koreksi kami berdua. "o, iya Soleh. hehe... bukunya bagus tapi yang lebih bagus lagi yang ini lo ukhty yanti", seraya menyerahkan buku rekomendasi beliau. "Wa-ni-ta Sho-leh". "Sholehah"sahut mereka serempak.. "he.. iye, becanda aje.. " nyengir kuda.
"mau tau alasannya kenapa, b'coz laki-laki yang sholeh untuk wanita yang sholeh juga, ya kan?"."ia ka, saya pernah baca di dalam terjemahan Al-Qur'an" sahut sahabat saya, dan saya hanya mengangguk. "jadi kesimpulannya, kalau mau baca, baca ini dulu". "sip ka, saya pengen baca buku ini"sambil merebut buku itu dari tangan saya. "ee..gak bisa, saya duluan yang megang. saya mau beli buku ini". "ok, kamu beli saya minjam ke anti nanti setelah anti khatam membacanya", hehe.. pikiran hemat "anti ini, gimana kalau anti beli buku Lelaki Sholehah, eh salah soleh biar bisa saling pinjam"sahut saya.
 "uhuk.. uhuk". "kenapa kak, ketelen permen juga", canda saya, hehe.. "gak, kakak cuma mau bilang kalau mau pinjam buku kakak, bisa gantian, kakak sudah punya keduanya"."Alhamdulillah, jatah beli buku bulanan ketabung bulan ini. ok ka". "cie cie kakak, kakak sudah siap2 ni ye" celetuk sahabat saya. "iya dong" dengan nada PD dan semangat. obrolan ini kami tutup dengan terkekeh.. dan tak lupa ditutup dengan Istigfrar 3x dan Hamdalah... 

Wassalam THE END tapi persiapannya tetetap berjalan... 

***


  • Ciri-Ciri Wanita sholehah :


1. Menjaga Sholatnya dan akhlaknya,

2. Menutup auratnya dengan benar dan tak berpakaian sempit(ketat),

3. Menjaga kehormatannya,

4. Pemalu (malu berbuat buruk),

5. Menjaga mulutnya dari Ghibah (bergosip) & fitnah,

6. Tidak banyak bicara,

7. Jarang keluar rumah kecuali darurat.


  • Ciri-Ciri laki-laki Sholeh :


1. Menjaga Shalatnya, dan sering jama'ah dimasjid,

2. Tidak beperangai kasar(tidak suka berbicara kotor,kasar, sangat sopan dan santun),

3. Bertanggung jawab,

4. Mengerti ilmu agama,

5. Tidak suka berkhianat(setia),

6. Mencintai keluarganya.

AL-Qur'an dan HAdits yang terkait...

Wanita yang baik adalah wanita yang ahli ibadah seperti menunaikan sholat 5 waktu, mengamalkan yang wajib dan sunnah, dan meninggalkan larangan Alloh dan Rosul Nya baik yang haram dan yang makruh. Seperti dalam Firman Nya "Sebab itu maka wanita yang sholehah ialah yang taat kepada Alloh lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Alloh telah memelihara ( mereka ) ( QS.Ann Nisa(4):34 ).

Hushain bin Mihshan berkata: “Bibiku berkisah padaku, ia berkata: “Aku pernah mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam karena suatu kebutuhan, beliaupun bertanya:”Wahai wanita, apakah engkau telah bersuami?” “Iya,” jawabku. “Bagaimana engkau terhadap suamimu?” tanya beliau. “Aku tidak mengurang-ngurangi dalam mentaatinya dan berkhidmat padanya, kecuali apa yang aku tidak mampu menunaikannya,” jawabku.”Lihatlah di mana keberadaanmu terhadap suamimu, karena dia adalah surga dan nerakamu,” sabda beliau. (HR. Ibnu Abi Syaibah dan selainnya, dishahihkan sanadnya oleh Asy-Syaikh Al- Albani rahimahullah dalam Adabuz Zifaf, hal. 179)

“Laki-laki adalah pemimpin atas perempuan-perempuan karena Allah telah melebihkan sebagian mereka [laki-laki] atas sebagian yang lain [perempuan] dan dengan sebab sesuatu yang telah mereka [laki-laki] nafkahkan dari harta-hartanya. Maka perempuan-perempuan yang shaleh ialah yang taat lagi memelihara diri dibalik belakang suaminya sebagaimana Allah telah memelihara dirinya.” [QS. 4:34]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: “Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy- Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287)

“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.” (an-Nuur: 2-3).

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk,” (al-Israa’: 32)

“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,” (al-Furqaan: 68-69).

“Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (al-Mumtahanah: 12).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda, “Tiga jenis orang yang Allah tidak mengajak berbicara pada hari kiamat, tidak mensucikan mereka, tidak melihat kepada mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih: Orang yang berzina, penguasa yang pendusta, dan orang miskin yang sombong,” (HR Muslim no.107).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Rauslullah SAW. bersabda, “Tidaklah berzina seorang pezina saat berzina sedang ia dalam keadaan mukmin,”

Masih diriwayatkan darinya dari Nabi SAW. beliau bersabda, “Jika seorang hamba berzina maka keluarlah darinya keimanan dan jadilah ia seperti awan mendung. Jika ia meninggalkan zina maka kembalilah keimanan itu kepadanya,” (Shahih, HR Abu Dawud no.4690).


Diriwayatkan dari al-Miqdad bin al-Aswad r.a, ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda kepada para sahabatnya, “Bagaimana pandangan kalian tentang zina?” Mereka berkata, “Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkannya maka ia haram sampai hari kiamat.” Beliau bersabda, “Sekiranya seorang laki-laki berzina dengan sepuluh orang wanita itu lebih ringan daripada ia berzina dengan isteri tetangganya,”(Shahih, HR Bukhari dalam Adabul Mufrad no.103)

Sabda Rasulullah SAW :
“Seorang wanita biasanya dinikahi karena empat hal,yaitu karena hartanya, karena nasabnya (keturunannya),karena kecantikannya dank arena agamanya. Maka utamakan memilih istri (wanita) karena agamanya. Kamu akan merugi (bila tidak memilih karena agamanya).” (HR. Bukhari,Muslim dan Abu Dawud)

Setiap orang yang berkeluarga pasti menginginkan kehidupan yang bahagia. Maka sebagai umat islam,kita harus memakai cara pandang dan petunjuk Allah dan Rasulullah SAW dalam membangun mahligai rumah tangga tersebut.
Bagi laki-laki agar rumah tangganya bahagia, yang harus dilakukan degan cermat adalah saat mencari pasangan hidupnya (istri). Bila ia berhasil mendapatkan wanita shalihah sejati, Insya Allah keluarganya akan bahagia.

Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan laki-laki bila hendak memilik istri, antara lain :

1. Utamakan Yang baik Kualitas Agamanya
Faktor pertama ini adalah factor yang paling dominan dan menentukan. Karena Islam merupakan agama fitrah dan moral yang mulia,maka suatu pernikahan harus berasaskan tuntunan sifat-sifat mulia,nilai-nilai luhur dan etika yang baik.

Rasulullah SAW menilai bahwa wanita shalihah merupakan karunia terbesar bagi laki-laki,sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra. :
“Empat perkara,yang apabila dianugerahkan kepada seseorang,maka berarti dia mendapatkan kebaikan didunia dan diakhirat yaitu hati yang pandai bersyukur,lisan yang sering berdzikir,tubuh yang bersabar atas musibah,dan istri yang tidak menganiaya suaminya (bisa menjaga diri dan harta sumaminya).” (HR. Thabrani)

Kemudian Rasulullah SAW menjelaskan secara rinci dari sifat wanita shalihah,sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Umamah ra. :
“Setelah takwa kepada Allah Azza wa jalla,seorang mukmin tidak mendapatkan faedah sesuatu yang lebih baik daripada mempunyai istri yang shalehah yang bila diperintah mentaatinya,bila dipandang menyenangkan,bila disumpah (yakni perjanjian awal pernikahan) dia menepatinya,dan bila ditinggal (pergi) menjaga diri dan harta suaminya.” (HR. Ibnu Majah)

2. Haram menikahi Wanita Musyrik/Kafir
Menikahi orang kafit dan musyrik diharamkan dalam islam, sebagaimana disinyalir dalam firman-Nya.
“Dan janganlah kamu nikahi perempuan-perempuan musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik daripada perempuan musyrik,walaupun dia menarik hatimu.” (QS. Al Baqarah : 22)

Kerena itu,kita tidak boleh menyambung tali perkawinan antara dua hati dan dua akidah yang bertentangan. Sebab nilai akhir dari pernikahan bukanlah sekedar pelampiasan seksual,melainkan adanya kesamaan arah dalam mengarungi bahtera hidup. Itulah rahasia Islam,kenapa mengharamkan kawin dengan orang yang berbeda agama,karena tidak akan terjalin kebahagiaan rohani.

3. Utamakan Memilih Yang Bukan Kerabat
Islam mengajarkan agar dalam memilih calon pendamping dicari orang yang bukan kerabat sendiri, dengan menitikberatkan kufu’ (keseimbangan derajat) agama,moral dan nasab yang mulia. Semua itu untukmenjaga kokohnya keturunan. Sebab,pernikahan antara kerabat, dapat melumpuhkan jasamani dan otak bagi anaka turunannya. Sebagaimana dalam hadist Rasulullah SAW :
“Janganlah kalian menikahi kerabat dekat,sebba dapat (berakibat) melahirkan anak yang lemah (akal dan fisiknya).” (Hadist Syarif)

4. Utamakan Wanita Yang Subur (Berketurunan)
Islam menganjurkan agar seseorang laki-laki (calon suami) memilih perempuan (calon istri) yang subur dan mencintai,tidak punya penyakit yang menghalangi kehamilan dan sanggup menjaga tugas sebagai seorang ibu rumah tangga yang baik.
Untuk itu tidak perlu heran,ketika seorang menghadap kepada Nabi SAW seraya berkata : “Wahai Rasulullah,aku mencintai perempuan yang punya kedudukan dan kekayaan,hanya saja,dia tidak dapat melahirkan keturunan. Apakah dia harus aku nikahi?” Maka Rasulullah SAW melarangnya. Lalu datang orang kedua,menanyakan hal yang serupa, Rasulullah SAW pun melarangnya. Akhirnya,datang orang yang ketiga,dan menanyakan hal yang serupa. Maka beliaupun bersabda : “Menikahlah dengan perempuan yang subur (dari nasab yang banyak melahirkan anak) dan mencintai suami,karena aku bangga dengan banyaknya pengikut dari keturunanmu dihadapan berbagai umat kelak.” (HR. Abu Dawud, Nasa’I dan Hakim)

5. Mengutamakan Yang Masih Gadis
Islam menganjurkan dalam menentukan pilihan seorang istri,hendaklah mengutamakan perempuan-perempuan yang masih perawan daripada janda. Lebih –lebih bagi jejaka atau mereka yang belum punya keturunan.
“pilihlah perempuan yang masih perawan,karena paling sedap bibirnya (lidhnya baik bicara),banyak keturunannya, jarang sifat makarnya,lebih rela dengan kepuasan tabiatnya.” (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi)

semoga Kita bisa menjadi Wanita Sholehah Aamiin ya Rabbal A'lamin....


Jumat, 14 Maret 2014

MANUSIA BATU

batu, siapa yang ingin menjadi batu.. menurut saya semua orang tak ingin jadi batu tapi kadang kala manusia membunglon, walaupun tidak nampak seperti batu namun sekilas mata memandang ia seperti batu. 

akhir-akhir ini saya sangat tertarik dengan batu, bukan katanya tapi zat padatnya yang menurut saya sangat menginspirasi.. WHY??.. karena beberapa hari ini saya seperti membatu.. bukan tidak bergerak namun dari segi aktivitas hanya itu-itu saja yang saya lakukan ("jadi lu terinspirasi dari batu gitu?"# "ya gue, MASBULO?!!.", #"masalah banget tau!!, lu kan gue"#"o' iya ya, hehe.. $%$%^& {akur}). 

zona nyaman sebenarnya namun dari hati nurani saya serasa risau dan berkata "U're must go on".. sebenarnya memang kondisi fisik saya kurang fit akhir-akhir ini, (tapi gak membatu gini juga kali..), betul.. ada yang kurang.. malah mau nangis aja rasanya..(mau nangis aja, atau mau nangis banget?, aja banget2#dapat kata ini dari adik saya, kakaknya mah gak ngerti istilah2 kaya gini, gak kepo banget#eh tapi dipakai juga#he.. biar pembaca gak bosan baca dan ngikut terus tulisan saya yang kadang ngaur kadang dengkur@matisuri_lama gak ngorbit, he.. harap maklum ye, biasa.. sok sibuk).

nah, sekarang agak mendingan.. udah bisa berlangla buana.. no hp udah aktif lagi yang as (No kesayangan, no yang aktif dari SMP, setelah hp raib 2 minggu lalu). 
pelajaran yang berharga sekali, kesehatan itu sangatlah penting, walaupun sesibuk apapun kita ingatlah, segala aktivitas kita akan lancar jika badan kita sehat, makan teratur, tidur diawal waktu, olahraga, dan tak lupa bersihkan hati dari penyakit hati. 

"Allahumma 'afini fi badani . Allahumma 'afini fi sam'i. Allahumma 'afini fi bashari. Allahumma inni a'udzu bika minal kufri wal faqri. Allahumma inni a'udzu bika min 'adzabil qabri. La ilaha illa anta."

"Ya Allah,sehatkanlah badanku. Ya Allah, sehatkanlah pendengaranku. Ya Allah, sehatkanlah penglihatanku. Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan kefakiran. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, Tiada Tuhan selain Engkau."

  Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah, "Mu'min yang kuat lebih dicintai Allah dari mu'min yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa malas, dan apabila engkau ditimpa sesuatu maka katakanlah "Qodarulloh wa maa syaa'a fa'al, Telah ditakdirkan oleh Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi". HR. Muslim Asy Syaikh 

HAMASAH..